gambar : Monyet (ilustrasi) Sumber : canvaproPekanbaru (03/09/2022) Cacar monyet  atau monkeypox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat zoonosis. Zoonosis merupakan penyakit menular dari hewan ke manusia

Beberapa waktu lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan saat ini wabah melanda negara-negara di Benua Amerika dan Eropa. Bahkan organisasi kesehatan dunia tersebut pada tanggal 23 Juli telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai situasi kedaruratan kesehatan global

gejalanya?

Gejalanya sebagaimana dilansir dilaman promkes.kemkesrr dinyatakan bahwa fase awal gejala yang terjadi pada 1 sampai 3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas. Pada fase erupsi atau fase paling infeksius terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening (blister), lepuh berisi nanah (pustule), kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

Penularan banyak ditemukan pada orang yang melakukan kontak erat dengan hewan atau manusia yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi virus. Masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 sampai 21 hari.

Prof.Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara dalam tulisannya menyampaikan bahwa 20 Agustus 2022 Sindonews . com memuat berita tentang 5 fakta Kasus Pertama Cacar Monyet di Indonesia yang ditemukan di Jakarta pada pasien pria usia 27 tahun Warga Negara Indonesia (WNI). Gejalanya diawali dengan demam dan kelenjar getah bening, di belakang leher. Lalu muncul lesi diwajah yang kemudian menyebar ke telapak tangan, kaki dan sebagian ada disekitar alat genital. Pasien ini memiliki riwayat perjalanan keluar negeri, datang dari negara yang telah dilaporkan beberapa kasus monyet ke WHO.

Menurutnya sudah masuknya ke negara kita kasus cacar monyet, setidaknya ada 7 hal penting yang harus kita ketahui dan miliki bersama yaitu, pertama , sesuai dengan data resmi WHO smpai 18 Agustus 2022 39.110 kasus konfirmasi cacar monyet dan 191 kasus kemungkinan dari 94 negara di dunia dan sudah ada 12 kematian, Kedua, angka kasus cacar monyet di dunia terus nai dengan peningkatan 20% dalam dua minggu terakhir. Ketiga , sejah ini sebagian besar kasus adalah laki-laki nge-sex dengan laki-laki. Namun, tentu perlu juga ditegaskan bahwa siapapun dapat terkena penyakit ini, apapun latar belakangnya. Keempat, lanjutnya lagi, WHO menyatakan bahwa semua (termasuk Indonesia) harus siap menghadapi cacar monyet yang memang sudah dinyatakan sebagai public health emergency of international concern (PHEIC) atau biasa disebut kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, tapi ini bukan atau setidaknya belumlah “kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, tapi ini bukan atau setidaknya belumlah” kesehatan global yang perlu dikendalikan agar tidak terus berkembang. Jadi, semua negara perlu melakukan upaya kesehatan masyarakat untuk menyalurkan cacar monyet dinegaranya apalagi kalau sudah ada kasus seperti di negara kita. Kelima, ada sedikitnya enam upaya kesehatan yang harus dilakukan, apalagi jika sudah ada kasus, pertama, peningkatan surveilans penyakit, kedua pencarian kasus yang ketat, ketihga, komunikasi risiko yang baik, keempat, keterlibatan aktif masyarakat, kelima, upaya penurunan risiko ( langkah-langkah pengurangan risiko) ), dan Tujuan adalah vaksinasi. Selanjutnya ia menjelaskan, kita tentu berharap agar negara melakukan setidaknya enam upaya teseburtdapat dilakukan maksimal.

Keenam , ketersediaan vaksin cacar monyet di dunia masih terbatas, oleh sebab itu Tjandra Yoga berharap Indonesia mengadakan vaksin di lapangan untuk yang membutuhkan. Ketujuh, WHO sudah memberi penamaan baru untuk clade/galur/jenis cacar monyet yang dulu dikenal galur Congo Basin sebagai clade 1 dan clade Afrika Barat sebagai clade II

Selanjutnya ia berpesan, agar kasus cacar monyet ini jangan sampai merebak sebagai pandemi. Indonesia harus melakukan tindakan penanggulangan dan memaksimalkan upaya pengendalian cacar monyet dalam semua aspek dan dimensinya.

Upaya Pencegahan Masyarakat

Dalam menghadapi potensi penyebaran ditengah masyarakat, memberikan himbauan untuk menerapkan pola hidup bersih seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari dari pemerintah.

Segera pemeriksaan fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala cacar monyet agar segera mendapatkan diagnosa dan penanganan dengan cepat dan tepat. (ros)

Sumber : Kemenkes RI, Prof.Tjandra Yoga/Sindonews

 

Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Kinerja Program Tuberkulosis Provinsi Riau TA.2024

Kadinkes Riau drg. Sri Sadono Mulyanto, M.Han menghadiri sekaligus membuka acara Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Kinerja Program Tuberkulosis Provinsi Riau TA. 2024 yang dieselenggarakan di Furaya Hotel Pekanbaru. Rabu (11/9/2024).

The 14th Annual Meeting Indonesian Society Of Intensive Care (ISICM) In Conjuction With 11th World Sepsis Day

Gubri Syamsuar didampingi Kadinkes Riau Zainal Arifin menghadiri acara The 14th Annual Meeting Indonesian Society Of Intensive Care (ISICM) In Conjuction With 11th World Sepsis Day Yang diselenggarakan di Pangeran Hotel Pekanbaru. Jum’at (15/9/2023).

Advokasi Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok Se Provinsi Riau

“Merokok merupakan faktor resiko penyakit jantung, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan kronis. Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit seperti gangguan pernafasan, gangguan kardiovaskular, kanker, serta ganggguan kehamilan,” ujar Asisten I Masrul Kasmy seraya membacakan sambutan pidato Gubernur Riau.

WORKSHOP MANAJEMEN PROGRAM INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS DAN PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS DI TINGKAT PROVINSI RIAU TAHUN 2023

Beban Infeksi Laten TBC (ILTB) didunia pada tahun 2014 ada sekitar 1,7 milyar orang yang diperkirakan memiliki ILTB dan berisiko berkembang menjadi penyakit TBC aktif seumur hidup. dimana 35% diantaranya berasal dari wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan review sistematis yang dilakukan terhadap 11 penelitian di Asia Tenggara menunjukkan 24,4% sampai 69,2% anak dibawah umur 15 tahun berkontak dengan orang TBC aktif dan 3,3% sampai 5,5% diantaranya akan berkembang menjadi TBC aktif. 

Refreshing SDM Dokter Layanan Care Support Treatment (CST)

Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution, mengatakan bahwa penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan ataupun rumah sakit saja, namun harus dilakukan secara bersama-sama. 

"Penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan oleh masyarakat sipil dan pemerintah secara bersama-sama berdasarkan prinsip kemitraan," ujar Wagubri dalam acara Refreshing SDM Dokter Layanan Care Support Treatment (CST) di Hotel Grand Central Pekanbaru, Senin (19/6/2023). 

Seminar Awam “Ketahui Resiko Kanker Lebih Dini dengan CArisk”

Cancer menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Penyebab utama kanker seringkali belum diketahui secara pasti. Salah satu tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan tes skrining jika terdapat gejala tertentu. Selain dapat mengetahui adanya kanker lebih cepat, ada bebera manfaat yang bisa didapat jika Kita melakukan deteksi kanker lebih dini.

Kadinkes Riau H. Zainal Arifin, SKM, M.Kes Menghadiri Pertemuan Lintas Sektor (Kemitraan) Dalam Upaya Penanggulangan AIDS-Tuberkulosis-Malaria (ATM) di Kabupaten (Batch 1) Indragiri Hulu.

Indonesia telah menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis sejak sebelum kemerdekaan yaitu di zaman Hindia belanda dimana terdapat beberapa kegiatan TB. seperti Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) yang dibentuk pada 1908 dan kemudian tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk perawatan pasien TB paru dan 20 consultatiebureau yang memberikan penyuluhan dan pengobatan. Pun demikian dengan Malaria, Komando Presiden Soekarno untuk pemberantasan Malaria pada tanggal 12 November 1959 kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional.

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2023 Provinsi Riau


Sebagaimana kita ketahui setiap tanggal 24 Maret seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, memperingati  Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS). Hal ini menjadi momentum dalam meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan peran serta  seluruh masyarakat dalam Penanggulangan TBC. 

Mewakili Kadinkes Riau, Kabid P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau dr. Dahlia Eka Okta membuka acara Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia yang diselenggarakan di Mal SKA Pekanbaru. Minggu (19/3/2023).