Indonesia telah menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis sejak sebelum kemerdekaan yaitu di zaman Hindia belanda dimana terdapat beberapa kegiatan TB. seperti Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) yang dibentuk pada 1908 dan kemudian tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk perawatan pasien TB paru dan 20 consultatiebureau yang memberikan penyuluhan dan pengobatan. Pun demikian dengan Malaria, Komando Presiden Soekarno untuk pemberantasan Malaria pada tanggal 12 November 1959 kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional. Kasus HIV-AIDS pertama di Indonesia sebenarnya telah ada di Rumah Sakit Islam Jakarta pada tahun 1985 namun secara resmi baru pada tahun 1987 Indonesia melaporkan kasus di Bali ke WHO, Indonesia menjadi negara ke 13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS. Saat ini, meski telah banyak kemajuan dicapai. pencegahan dan pengendalian AIDS. Tuberkulosis, dan Malaria masih menjadi tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia. The Global Fund to fight AIDS. Tuberculosis dan Malaria (GF ATM) telah mendukung Indonesia lebih dari USD 400 million untuk grant tahun 2021-2023 untuk AIDS, Tuberculosis, dan Malaria (ATM) dimana Tuberkulosis sebagai penerima dengan jumlah terbesar.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian AIDS-Tuberkulosis-Malaria (ATM) memerlukan peran Lintas Sektor, upaya ini kurang efektif jika hanya menjadi kegiatan medis saja. Hal ini dapat dilihat dalam Kebijakan Nasional seperti misalnya Peraturan Presiden No 75 Tahun 2006 junto Perpres No 124 Tahun 2016 atau yang terbaru adalah Peraturan Presiden No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis dimana terdapat pengaturan secara tertulis akan berbagai sektor lainnya non kesehatan. Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan telah menegaskan pentingnya kemitraan yang efektif di daerah dalam penanggulangan ATM ini. Untuk mencapai kemitraan maka diperlukan pertemuan kemitraan dan kesepakatan di daerah untuk merevitalisasi pelibata kongkrit dari bidang (sektor) terkait dalam pemerintahan maupun untuk mobilisasi peran sektor non pemerintah.
Tujuan dari pelaksanaa pertemuan lintas sektor (kemitraan) dalam upaya penanggulangan Aids/HIV-Tuberkulosis-Malaria (ATM) adalah:
1. Adanya Kesepakatan/Komitmen Bersama dalam bentuk tertulis dan dilaksanakan dari Tingkat Kabupaten Kota sampai Desa Kelurahan (OPD. Sektor Swasta dan Organisasi Pendukung) dalam sebuah forum kemitraan.
2. Adanya dukungan dari Tingkat Kabupaten Kota sampai Desa/Kelurahan untuk kegiatan AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM).
3. Adanya dukungan perusahaan/kemitraan Sektor Swasta untuk kegiatan AIDS.Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) pada Tingkat Kabupaten Kota.
4. Adanya dana pada OPD non-Dinkes yang bersinergi untuk kegiatan AIDS. Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) pada Tingkat Kabupaten/Kota.
5. Adanya peningkatan kepedulian dari berbagai pihak, dan kegiatan AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) adalah sesuatu yang harus dikerjakan bersama-sama, pelaksanaan pertemuan koordinasi tiga bulanan.