Kabid Kesmas Yaneliza, SKM, M.Kes membuka Pertemuan Sosialisasi DESA-DESI Sehat Iklim Se Provinsi Riau di Furaya Hotel Pekanbaru. (15/2/2023)
Perubahan Iklim terjadi diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang meyebabkan berubahnya komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibadingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang diantaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Mentana, Nitrogen, dan sebagainya.
Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi manusia saat ini. Secara umum perubahan iklim disebabkan oleh proses alamiah dan aktivitas manusia, yang mengakibatkan pelepasan gas rumah kaca ke udara dan menumpuk dilapisan atmosfer yang membuat bumi (atmosfer, laut dan tanah) semakin panas. Penumpukan gas rumah kaca akan meyebabkan kenaikan suhu, kenaikan permukaan air laut dan meningkatkan peristiwa cuaca extrim.
Dampak perubahan iklim berdampak terhadap sektor kesehatan terjadi secara langsung melalui badai, kekeringan, banjir, gelombang panas, kebakaran hutan dll dan berdampak secara tidak langsung melalui kualitas air, udara, perubahan tata guna lahan dan perubahan ekologis.
Berdasarkan Climate Risk Profile Indonesia (2021), bahaya bencana alam yang terkait iklim di indonesia terdiri dari gelombang panas dan kekeringan, banjir, kenaikan muka air laut dan topan. Sebanyak 3.622 bencana alam terjadi pada tahun 2019, dimana 90% adalah dengan bencana fenomena hidrometeriologis (terkait perubahan iklim). Sekitar 75% kota di Indonesia berada di pesisir pantai dan rentan terhadap dampak peningkatan muka air laut serta 42 juta orang tinggal didataran rendah kurang dari 10 meter diatas permukaan laut.
Dampak perubahan iklim telah jelas mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu upaya nyata meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk mencegah atau mengelola dampak kesehatan akibat perubahan iklim, terutama di masyarakat. Gerakan Desa Sehat iklim sebagai upaya adaptasi atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim sehingga dampak negatif-nya dapat dikurangi/dicegah.
Melalui Desa-Desi diharapkan dapat meningkatkan upaya adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim bidang kesehatan dan membangun dan memperkuat kemitraan berbagai pemangku kepentingan dalam menghadapi perubahan iklim serta memfasilitasi penyebarluasan dan pertukaran informasi mengenai upaya baik (good practises) adaptasi perubahan iklim berfokus pada bidang kesehatan. Desa-Desi merupakan kegiatan untuk mendorong aksi adaptasi perubahan iklim di tingkat tapak (desa/kelurahan), yang difokuskan pada dorongan kegiatan lokal melalui partisipasi aktif masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan adaptasi perubahan iklim sangat bervariasi tergantung pada potensi dan kondisi di masing-masing lokasi.
Berdasarkan WHO 2021 di perkirakan terjadi peningkatan penularan malaria (53%) dan DBD (10%) pada tahun 2050 dikarenakan peningkatan curah hujan dan suhu, 10 juta anak terancam polusi udara dari kebakaran hutan lahan gambut di pulau kalimantan dan sumatra pada tahun 2019, serta penurunan tangkapan ikan (23%) karena suhu laut yang lebih tinggi memungkinkan menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan sehingga mengancam nutrisi kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu di perlukan aksi untuk dapat menanggulangi timbulnya atau meningkatnya kejadian penyakit akibat dampak buruk dari perubahan iklim.
Inisiasi desa sehat sehat iklim telah mulai digaungkan sejak 2020, namun karena adanya Pandemi Covid 19, menjadi tertunda implementasinya.
Oleh karena itu, untuk mendorong percepatan implementasi, maka perlu disampaikan informasi dan pemahaman terhadap berbagai pihak di level Provinsi, Kab/Kota serta kelompok masyarakat, maka perlu dilakukan sosialisasi dan advokasi gerakan desa sehat iklim.